Shalom..., Selamat Datang di GBI House Of Grace ~ Rayon 3

Renungan

MENGELOLA UANG ADALAH TINDAKAN IMAN

Saat ini dunia sedang berada pada posisi keuangan yang penuh tantangan. Perang tarif antara Amerika Serikat dan China, efisiensi yang melanda hampir semua negara di dunia, belum lagi konflik senjata antara Rusia vs. Ukraina, Israel vs. Hamas, rendahnya daya beli masyarakat secara global dan lain sebagainya, memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap kesehatan ekonomi banyak orang. Namun, kita harus percaya bahwa hidup anak-anak Tuhan tidak ditentukan oleh siklus ekonomi yang naik turun, tetapi ditentukan oleh kasih karunia Tuhan asalkan kita mau menjadi murid-murid-Nya. Kita percaya bahwa Roh Kudus sedang dicurahkan di era Pentakosta Ketiga ini dengan dahsyatnya, dan tahun 2025 adalah Tahun Penuaian, termasuk juga penuaian berkat-berkat secara materi. Tuhan ingin kita sebagai murid-murid-Nya berseru kepada Tuhan, bertekun dalam doa, hidup dalam firman-Nya dan dipenuhi dengan Roh Kudus, bersaksi untuk memenangkan jiwa di masyarakat; di marketplace. Salah satu kesaksian yang bisa kita bagikan adalah bagaimana kita sebagai murid Kristus, mengelola keuangan kita bahkan di tengah situasi ekonomi yang sulit.

Banyak anak-anak Tuhan yang salah memahami Yakobus 4:13-17 (TB2) dibawah ini:

13Jadi, sekarang, hai kamu yang berkata, “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, 14sedangkan kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 15Sebenarnya kamu harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." 16Namun, sekarang kamu memegahkan diri dalam kecongkakanmu, dan semua kemegahan yang demikian itu jahat. 17Jadi, jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Banyak yang mengira bahwa karena hanya membaca ayat 13-14 saja, seolah-olah tidak diperlukan perencanaan atau kerja keras untuk hari esok atau mendapatkan untung, karena sudah disediakan Tuhan. Merencanakan dan bekerja keras untuk hari esok dipandang sebagai tindakan tidak beriman akan penyediaan dari Tuhan. Ini adalah pandangan yang salah karena ayat 15-17 justru ditekankan sebaliknya; bahwa justru merencanakan sesuatu dengan baik untuk hal yang baik, adalah hal yang sepatutnya dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Ini sejalan dengan apa yang Alkitab juga ajarkan seperti semut yang yang mengelola hidupnya dengan baik dan tidak bermalas-malasan (Amsal 6:6-11) dan bagaimana kita perlu membuat perencanaan dengan baik agar “menang” melawan badai hidup (Amsal 21:5; 24:6 bdk. Amsal 15:22). Tuhan Yesus pun mengatakan dalam Lukas 14:28-31 bahwa ketika seseorang mau membangun sebuah bangunan menara atau seorang raja mau maju berperang, maka orang yang membangun menara perlu membuat anggaran biayanya terlebih dahulu guna memastikan proyek tersebut dapat terselesaikan dengan baik, dan seorang raja akan menyusun rencana perang ataupun menyusun rencana diplomasi perdamaian dengan seterunya. Dari hal-hal tersebut di atas jelaslah bahwa melakukan perencanaan dan pengelolaan keuangan bukanlah hal yang bertentangan dengan iman, namun justru sejalan dengan firman ajarkan dan merupakan sebuah tindakan iman.

Dari Yakobus 4:13-17 yang telah kita baca di atas, kita juga belajar bahwa dalam hal pengelolaan berkat, ada bagiannya Tuhan dan bagiannya kita.
• Bagian Tuhan:
adalah menyediakan berkat itu, Dia sebagai sumber berkat-berkat. Dia memberikan kita ide-ide kreatif lewat Roh Kudus-Nya, Dia memberikan kekuatan dan kesehatan untuk kita bisa bekerja, Dia memberikan kuasa untuk mendatangkan mujizat, dan Dia yang menghalau kuasa gelap yang akan menipu kita. Karena itu, kita harus melibatkan Tuhan dalam segala hal jangan mengandalkan hanya kekuatan kita sendiri.
• Bagian Kita:
adalah merealisasikan rencana Tuhan atas hidup kita dengan meresponi kesempatan- kesempatan yang Tuhan sediakan, bekerja dengan etos yang excellence, tidak hidup malas, tidak menyia-nyiakan hidup (take it for granted), tidak merasa diri kuat dan kebal terhadap serangan iblis, bayar hutang, bisa membedakan yang mana kebutuhan yang mana keinginan, tidak gengsi, dan berinvestasi, berlaku jujur, mencukupkan diri, dan seterusnya.

A. Siklus kehidupan, siklus keuangan
Suka atau tidak suka, keuangan memang memiliki siklus. Seperti halnya tanaman ada siklus penaburan, penyiangan, penuaian dan tanah yang kering perlu digemburkan kembali agar siap ditabur kembali, demikian juga dengan kehidupan kita, termasuk keuangan kita, memiliki siklusnya. Ada masa-masa kita masih muda, tetapi akan datang masa kita akan menjadi tua. Ada masa kita menghasilkan, ada juga masa kita menggunakan apa yang ada pada kita saja. Yang menjadi masalah adalah banyak orang --termasuk yang mengklaim dirinya sebagai murid Kristus-- tidak mengelola keuangan dengan baik, bahkan sampai mengalami kegagalan dalam keuangan. Tentu tidak ada orang yang merencanakan untuk mengalami kegagalan, namun gagal dalam perencanaan adalah menjadi faktor utama hal itu terjadi.

“Gagal dalam perencanaan adalah perencanaan untuk gagal.”
John C. Maxwell

Perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik, akan memampukan kita untuk menghadapi siklus keuangan yang kadang baik dan kadang buruk. Sebagai murid-murid Kristus, mari kita sekarang belajar dari kebenaran firman tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan, dari Matius 25:14-30 “Perumpamaan tentang Talenta.”

B. Prinsip mengelola #1: Kita adalah Pengelola, bukan pemilik.
Dalam teks yang kita baca, kita harus memahami bahwa sama seperti para hamba yang dipercayakan seorang tuan untuk mengelola harta tuan mereka, demikian juga kita adalah pengelola-pengelola berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan-lah pemilik dan sumber segala berkat yang dipercayakan kepada kita untuk dikelola. Perumpamaan ini berbicara mengenai KESETIAAN dalam melakukan perintah tuannya dan KEPERCAYAAN untuk mengelola uang agar produktif dan melipatgandakannya untuk kepentingan tuannya.

Hamba yang tidak berguna itu mungkin berpikir bahwa dia takut akan resiko kehilangan 1 talenta yang dititipkannya sehingga di kuburnya. Bahkan dia menyalahkan tuannya dengan alasan bahwa tuannya kejam. Jadi keselamatan dirinya lebih penting dari perintah tuannya. Atau talenta yang dipercayakan kepadanya menurutnya hanya sepele; 1 talenta tidak ada artinya. Dia mungkin ingin mendapat kepercayaan seperti yang kedua hamba lainnya. Padahal 1 talenta yang hamba itu terima juga cukup besar. Menurut Holman Apologetics Study Bible, 1 Talenta sama dengan 6.000 Denarii. 1 Denarii sama dengan 1 keping perak, yaitu upah 1 hari kerja menurut standar Romawi pada waktu itu. Sehingga 1 Talenta = 6.000 Denarii adalah sama dengan upah kerja untuk 17,5 tahun kerja. Bayangkanlah jika situasinya disamakan dengan saat ini, maka hamba tidak berguna itu diberikan modal kerja oleh tuannya sebesar 17,5 tahun gaji kerja! Jumlah yang tidak main-main!

Lalu mengapa hamba tersebut diberikan 1 talenta saja? Karena tuannya mengetahui porsinya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Intinya adalah bukan besar kecilnya tetapi apakah kita sudah mengelola talenta tersebut sesuai dengan kapasitas maksimum kita? Ingat orang yang diberi banyak akan dituntut banyak oleh tuannya dan orang yang diberi sedikit akan dituntut sedikit oleh tuannya. Demikian juga sikap Tuhan kepada kita.

Howard Dayton, salah seorang pendiri Crown Financial Ministry, sebuah pelayanan bidang biblical finance, dalam bukunya “Your Money Counts” menulis: “SMALL THINGS ARE SMALL THINGS, BUT FAITHFULNESS WITH A SMALL THING IS A BIG THING”. Hal-hal kecil adalah hal-hal yang kecil, tetapi kesetiaan akan hal yang kecil adalah sebuah hal yang besar.

Kedua, talenta berbicara juga tentang bakat, kemampuan, keterampilan, waktu, koneksi, selain juga berbicara tentang harta atau uang. Semua itu dimaksudkan untuk kita kelola agar produktif serta dikembangkan untuk kepentingan dari pemiliknya, dalam hal ini adalah Tuhan. Tuhan ingin kita mengembangkannya untuk memperluas Kerajaan-Nya di muka bumi ini serta menjadi saluran berkat untuk memenangkan jiwa.

C. Prinsip Mengelola #2: Kita harus jadi saluran berkat.
Tuhan punya agenda khusus dengan saat engkau diberkati berlimpah-limpah. Tidak ada berkat yang Tuhan berikan hanya untuk kepentingan Anda semata, tetapi itu untuk dikelola sedemikian baik sehingga menjadi berkat perluasan Kerajaan-Nya dan kemuliaan-Nya di muka bumi. Saudara menjadi saluran berkat bukan hanya untuk saudara-saudara kita yang kekurangan, tetapi juga untuk mencukupkan kebutuhan misi, kebutuhan Gereja seperti diakonia, penggembalaan, pengajaran dan sebagainya. Selain sebagai ekspresi dari kasih kita kepada Allah, dengan mengembalikan perpuluhan dan juga buah sulung, berguna untuk mendukung pelayanan dan keteraturan dalam pengelolaan keuangan Gereja. Ingatlah, persepuluhan adalah ketetapan yang sudah ada jauh sebelum Taurat, yang harus kita jalankan dan lakukan hingga hari ini. Persepuluhan dan buah sulung juga menjadi tanda penghormatan kita kepada Allah, yaitu bentuk ekspresi kesetiaan kita mengembalikan haknya Tuhan.

Saudara bisa bayangkan jika uang tersebut yang seharusnya dilipatgandakan agar dapat lebih banyak lagi disalurkan menjadi pertolongan dan perluasan kerajaan Allah, saudara kubur dan tidak kelola baik. Sudahlah tentu pemiliknya akan kehilangan kepercayaan dan mengambil harta tersebut untuk diserahkan kepada hamba lain yang setia dan rajin melipatgandakannya.

Menjadi saluran berkat artinya juga mengambil peran aktif dalam rencana Allah untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Kita sudah mengerti bahwa semua orang akan mengalami siklus khidupan yang membutuhkan biaya hidup. Kita harus bertanggung jawab atas kebutuhan keluarga, seperti biaya sekolah anak, simpanan masa tua dan asuransi. Firman Tuhan mengatakan di 1 Timotius 5:8 TB2,

“Namun, jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”

D. Mengelola dengan baik, Pengelola yang baik
Setelah kita membahas dan mengerti hal-hal di atas, kita simpulkan ada bagiannya Tuhan dan ada bagiannya kita. Sebagai murid-murid yang dipercayakan untuk mengelola harta oleh- Nya, kita harus melakukannya dengan baik dan penuh tanggung-jawab. Firman Tuhan menegaskan bahwa kita perlu melakukan perencanaan untuk dapat mengelola berkat-berkat yang Dia percayakan pada kita. Perencanaan dan pengelolaan berkat, harta, keuangan tidaklah bertentangan dengan iman dan kebenaran firman. Tindakan kita untuk merencanakan dan mengelola keuangan adalah karena kita mau jadi murid-murid yang setia dan dapat dipercaya Tuhan untuk mengelola berkat-berkat dari-Nya. (RJL).






 

BACK..