MENGELOLA UANG ADALAH TINDAKAN IMAN
Saat ini dunia sedang berada pada posisi keuangan yang
penuh tantangan. Perang tarif antara Amerika Serikat dan
China, efisiensi yang melanda hampir semua negara di
dunia, belum lagi konflik senjata antara Rusia vs.
Ukraina, Israel vs. Hamas, rendahnya daya beli
masyarakat secara global dan lain sebagainya, memberi
pengaruh yang tidak kecil terhadap kesehatan ekonomi
banyak orang. Namun, kita harus percaya bahwa hidup
anak-anak Tuhan tidak ditentukan oleh siklus ekonomi
yang naik turun, tetapi ditentukan oleh kasih karunia
Tuhan asalkan kita mau menjadi murid-murid-Nya. Kita
percaya bahwa Roh Kudus sedang dicurahkan di era
Pentakosta Ketiga ini dengan dahsyatnya, dan tahun 2025
adalah Tahun Penuaian, termasuk juga penuaian
berkat-berkat secara materi. Tuhan ingin kita sebagai
murid-murid-Nya berseru kepada Tuhan, bertekun dalam doa,
hidup dalam firman-Nya dan dipenuhi dengan Roh Kudus,
bersaksi untuk memenangkan jiwa di masyarakat; di
marketplace. Salah satu kesaksian yang bisa kita bagikan
adalah bagaimana kita sebagai murid Kristus, mengelola
keuangan kita bahkan di tengah situasi ekonomi yang
sulit.
Banyak anak-anak Tuhan yang salah memahami Yakobus
4:13-17 (TB2) dibawah ini:
13Jadi, sekarang, hai kamu yang berkata, “Hari ini atau
besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan
tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”,
14sedangkan kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang
sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 15Sebenarnya kamu
harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan
hidup dan berbuat ini dan itu." 16Namun, sekarang kamu
memegahkan diri dalam kecongkakanmu, dan semua kemegahan
yang demikian itu jahat. 17Jadi, jika seseorang tahu
bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak
melakukannya, ia berdosa.
Banyak yang mengira bahwa karena hanya membaca ayat
13-14 saja, seolah-olah tidak diperlukan perencanaan
atau kerja keras untuk hari esok atau mendapatkan untung,
karena sudah disediakan Tuhan. Merencanakan dan bekerja
keras untuk hari esok dipandang sebagai tindakan tidak
beriman akan penyediaan dari Tuhan. Ini adalah pandangan
yang salah karena ayat 15-17 justru ditekankan
sebaliknya; bahwa justru merencanakan sesuatu dengan
baik untuk hal yang baik, adalah hal yang sepatutnya
dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan.
Ini sejalan dengan apa yang Alkitab juga ajarkan seperti
semut yang yang mengelola hidupnya dengan baik dan tidak
bermalas-malasan (Amsal 6:6-11) dan bagaimana kita perlu
membuat perencanaan dengan baik agar “menang” melawan
badai hidup (Amsal 21:5; 24:6 bdk. Amsal 15:22). Tuhan
Yesus pun mengatakan dalam Lukas 14:28-31 bahwa ketika
seseorang mau membangun sebuah bangunan menara atau
seorang raja mau maju berperang, maka orang yang
membangun menara perlu membuat anggaran biayanya
terlebih dahulu guna memastikan proyek tersebut dapat
terselesaikan dengan baik, dan seorang raja akan
menyusun rencana perang ataupun menyusun rencana
diplomasi perdamaian dengan seterunya. Dari hal-hal
tersebut di atas jelaslah bahwa melakukan perencanaan
dan pengelolaan keuangan bukanlah hal yang bertentangan
dengan iman, namun justru sejalan dengan firman ajarkan
dan merupakan sebuah tindakan iman.
Dari Yakobus 4:13-17 yang telah kita baca di atas, kita
juga belajar bahwa dalam hal pengelolaan berkat, ada
bagiannya Tuhan dan bagiannya kita.
• Bagian Tuhan:
adalah menyediakan berkat itu, Dia sebagai sumber
berkat-berkat. Dia memberikan kita ide-ide kreatif lewat
Roh Kudus-Nya, Dia memberikan kekuatan dan kesehatan
untuk kita bisa bekerja, Dia memberikan kuasa untuk
mendatangkan mujizat, dan Dia yang menghalau kuasa gelap
yang akan menipu kita. Karena itu, kita harus melibatkan
Tuhan dalam segala hal jangan mengandalkan hanya
kekuatan kita sendiri.
• Bagian Kita:
adalah merealisasikan rencana Tuhan atas hidup kita
dengan meresponi kesempatan- kesempatan yang Tuhan
sediakan, bekerja dengan etos yang excellence, tidak
hidup malas, tidak menyia-nyiakan hidup (take it for
granted), tidak merasa diri kuat dan kebal terhadap
serangan iblis, bayar hutang, bisa membedakan yang mana
kebutuhan yang mana keinginan, tidak gengsi, dan
berinvestasi, berlaku jujur, mencukupkan diri, dan
seterusnya.
A. Siklus kehidupan, siklus keuangan
Suka atau tidak suka, keuangan memang memiliki siklus.
Seperti halnya tanaman ada siklus penaburan, penyiangan,
penuaian dan tanah yang kering perlu digemburkan kembali
agar siap ditabur kembali, demikian juga dengan
kehidupan kita, termasuk keuangan kita, memiliki
siklusnya. Ada masa-masa kita masih muda, tetapi akan
datang masa kita akan menjadi tua. Ada masa kita
menghasilkan, ada juga masa kita menggunakan apa yang
ada pada kita saja. Yang menjadi masalah adalah banyak
orang --termasuk yang mengklaim dirinya sebagai murid
Kristus-- tidak mengelola keuangan dengan baik, bahkan
sampai mengalami kegagalan dalam keuangan. Tentu tidak
ada orang yang merencanakan untuk mengalami kegagalan,
namun gagal dalam perencanaan adalah menjadi faktor
utama hal itu terjadi.
“Gagal dalam perencanaan adalah perencanaan untuk gagal.”
John C. Maxwell
Perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik, akan
memampukan kita untuk menghadapi siklus keuangan yang
kadang baik dan kadang buruk. Sebagai murid-murid
Kristus, mari kita sekarang belajar dari kebenaran
firman tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan,
dari Matius 25:14-30 “Perumpamaan tentang Talenta.”
B. Prinsip mengelola #1: Kita adalah Pengelola, bukan
pemilik.
Dalam teks yang kita baca, kita harus memahami bahwa
sama seperti para hamba yang dipercayakan seorang tuan
untuk mengelola harta tuan mereka, demikian juga kita
adalah pengelola-pengelola berkat yang Tuhan berikan
kepada kita. Tuhan-lah pemilik dan sumber segala berkat
yang dipercayakan kepada kita untuk dikelola.
Perumpamaan ini berbicara mengenai KESETIAAN dalam
melakukan perintah tuannya dan KEPERCAYAAN untuk
mengelola uang agar produktif dan melipatgandakannya
untuk kepentingan tuannya.
Hamba yang tidak berguna itu mungkin berpikir bahwa dia
takut akan resiko kehilangan 1 talenta yang
dititipkannya sehingga di kuburnya. Bahkan dia
menyalahkan tuannya dengan alasan bahwa tuannya kejam.
Jadi keselamatan dirinya lebih penting dari perintah
tuannya. Atau talenta yang dipercayakan kepadanya
menurutnya hanya sepele; 1 talenta tidak ada artinya.
Dia mungkin ingin mendapat kepercayaan seperti yang
kedua hamba lainnya. Padahal 1 talenta yang hamba itu
terima juga cukup besar. Menurut Holman Apologetics
Study Bible, 1 Talenta sama dengan 6.000 Denarii. 1
Denarii sama dengan 1 keping perak, yaitu upah 1 hari
kerja menurut standar Romawi pada waktu itu. Sehingga 1
Talenta = 6.000 Denarii adalah sama dengan upah kerja
untuk 17,5 tahun kerja. Bayangkanlah jika situasinya
disamakan dengan saat ini, maka hamba tidak berguna itu
diberikan modal kerja oleh tuannya sebesar 17,5 tahun
gaji kerja! Jumlah yang tidak main-main!
Lalu mengapa hamba tersebut diberikan 1 talenta saja?
Karena tuannya mengetahui porsinya sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Intinya adalah bukan besar
kecilnya tetapi apakah kita sudah mengelola talenta
tersebut sesuai dengan kapasitas maksimum kita? Ingat
orang yang diberi banyak akan dituntut banyak oleh
tuannya dan orang yang diberi sedikit akan dituntut
sedikit oleh tuannya. Demikian juga sikap Tuhan kepada
kita.
Howard Dayton, salah seorang pendiri Crown Financial
Ministry, sebuah pelayanan bidang biblical finance,
dalam bukunya “Your Money Counts” menulis: “SMALL THINGS
ARE SMALL THINGS, BUT FAITHFULNESS WITH A SMALL THING IS
A BIG THING”. Hal-hal kecil adalah hal-hal yang kecil,
tetapi kesetiaan akan hal yang kecil adalah sebuah hal
yang besar.
Kedua, talenta berbicara juga tentang bakat, kemampuan,
keterampilan, waktu, koneksi, selain juga berbicara
tentang harta atau uang. Semua itu dimaksudkan untuk
kita kelola agar produktif serta dikembangkan untuk
kepentingan dari pemiliknya, dalam hal ini adalah Tuhan.
Tuhan ingin kita mengembangkannya untuk memperluas
Kerajaan-Nya di muka bumi ini serta menjadi saluran
berkat untuk memenangkan jiwa.
C. Prinsip Mengelola #2: Kita harus jadi saluran berkat.
Tuhan punya agenda khusus dengan saat engkau diberkati
berlimpah-limpah. Tidak ada berkat yang Tuhan berikan
hanya untuk kepentingan Anda semata, tetapi itu untuk
dikelola sedemikian baik sehingga menjadi berkat
perluasan Kerajaan-Nya dan kemuliaan-Nya di muka bumi.
Saudara menjadi saluran berkat bukan hanya untuk
saudara-saudara kita yang kekurangan, tetapi juga untuk
mencukupkan kebutuhan misi, kebutuhan Gereja seperti
diakonia, penggembalaan, pengajaran dan sebagainya.
Selain sebagai ekspresi dari kasih kita kepada Allah,
dengan mengembalikan perpuluhan dan juga buah sulung,
berguna untuk mendukung pelayanan dan keteraturan dalam
pengelolaan keuangan Gereja. Ingatlah, persepuluhan
adalah ketetapan yang sudah ada jauh sebelum Taurat,
yang harus kita jalankan dan lakukan hingga hari ini.
Persepuluhan dan buah sulung juga menjadi tanda
penghormatan kita kepada Allah, yaitu bentuk ekspresi
kesetiaan kita mengembalikan haknya Tuhan.
Saudara bisa bayangkan jika uang tersebut yang
seharusnya dilipatgandakan agar dapat lebih banyak lagi
disalurkan menjadi pertolongan dan perluasan kerajaan
Allah, saudara kubur dan tidak kelola baik. Sudahlah
tentu pemiliknya akan kehilangan kepercayaan dan
mengambil harta tersebut untuk diserahkan kepada hamba
lain yang setia dan rajin melipatgandakannya.
Menjadi saluran berkat artinya juga mengambil peran
aktif dalam rencana Allah untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga. Kita sudah mengerti bahwa semua orang akan
mengalami siklus khidupan yang membutuhkan biaya hidup.
Kita harus bertanggung jawab atas kebutuhan keluarga,
seperti biaya sekolah anak, simpanan masa tua dan
asuransi. Firman Tuhan mengatakan di 1 Timotius 5:8 TB2,
“Namun, jika ada seorang yang tidak memelihara sanak
saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan
lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”
D. Mengelola dengan baik, Pengelola yang baik
Setelah kita membahas dan mengerti hal-hal di atas, kita
simpulkan ada bagiannya Tuhan dan ada bagiannya kita.
Sebagai murid-murid yang dipercayakan untuk mengelola
harta oleh- Nya, kita harus melakukannya dengan baik dan
penuh tanggung-jawab. Firman Tuhan menegaskan bahwa kita
perlu melakukan perencanaan untuk dapat mengelola
berkat-berkat yang Dia percayakan pada kita. Perencanaan
dan pengelolaan berkat, harta, keuangan tidaklah
bertentangan dengan iman dan kebenaran firman. Tindakan
kita untuk merencanakan dan mengelola keuangan adalah
karena kita mau jadi murid-murid yang setia dan dapat
dipercaya Tuhan untuk mengelola berkat-berkat dari-Nya.
(RJL).