Shalom..., Selamat Datang di GBI House Of Grace ~ Rayon 3

Renungan

KASIH SETIA TUHAN

"Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” 1 Tawarikh 16:34b

Alkitab adalah catatan tentang kasih setia Allah sepanjang kehidupan manusia. Allah begitu mengasihi manusia yang diciptakan-Nya. Dari sejak awal, bahkan sebelum dunia diciptakan, Allah memiliki rancangan indah dalam hal penciptaan dan kehidupan manusia. Kehendak dan rancangan-Nya sempurna bagi kehidupan manusia. Manusia ditempatkan-Nya di sebuah taman yang indah, diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan memiliki kehidupan yang sempurna. Sekalipun semuanya itu harus berakhir karena dosa dan pemberontakan manusia, tetapi kasih setia Allah tetap tidak berubah. Dosa memisahkan manusia dengan Tuhan, dosa karena pemberontakan manusia terhadap kehendak Tuhan yang sempurna dan menyakiti hati Sang Pencipta, tetapi kasih setia Allah tidak pernah berubah karena Allah adalah kasih. (1Yohanes 4:8,16)

Perjanjian Lama mencatat pemilihan Allah terhadap keturunan Abraham, Ishak dan Yakub yaitu bangsa Israel yang menjadi bangsa pilihan, milik pusaka Tuhan. Allah mengasihi bangsa ini dan memiliki rencana besar untuk bangsa ini yaitu lahirnya Mesias, sang Juruselamat dunia. Kenyataannya, Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, sering memberontak kepada Tuhan dan mengganti penyembahan mereka kepada ilah lain yang mendukakan hati Tuhan. Bahkan mereka menolak pemerintahan ilahi dari Allah dan menginginkan seorang manusia menjadi raja seperti bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah. Israel menolak Allah yang mengasihi mereka. Perjanjian Baru pun mencatat penolakan Israel terhadap Mesias, seperti yang ditulis oleh Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:11, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”

Sekalipun demikian, kasih setia Allah tidak pernah berubah. Dalam Perjanjian Lama, kasih setia berasal dari kata “khesed” yang berarti rahmat, belas kasihan, kemurahan, kebaikan dan kesetiaan. Kasih setia / khesed inilah yang mendasari perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Kasih setia dan Perjanjian (Covenant) itu sangat erat kaitannya. Perjanjian Allah dengan umat-Nya tidak tergantung pada kemampuan manusia untuk bisa menepatinya, kasih setia Tuhan lah yang menopang perjanjian itu.
Kasih setia Tuhan itu kekal dan tak berkesudahan.

“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
Ratapan 3:22-23

Kasih setia Tuhan itu melampaui segala waktu.

“Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu”
Mazmur 103:17

Daud sebagai seorang raja dan pemazmur, seorang yang dekat dengan Tuhan, mengalami kasih setia Tuhan sepanjang hidupnya. Dalam 2 Samuel 7:15a dikatakan:

“Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya (Daud)”

Tuhan mengangkat Daud dari seorang gembala dua-tiga ekor domba menjadi raja Israel yang dihormati dan diberkati. Di tengah pelariannya dari kejaran Saul, Daud mengalami kasih setia Tuhan yang selalu menolong dan melindunginya sehingga dia bisa menyanyikan pujian,

“sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan.”
Mazmur 57:11

Kasih setia Tuhan adalah tema utama dari mazmur dan penyembahan Daud. Bahkan dalam kejatuhannya, Daud bertobat dan menerima pengampunan atas dosa-dosanya dan tetap mengalami kasih setia Tuhan,

“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!”
Mazmur 51:3

Sekali peristiwa, karena kesalahan imam Eli dan anak-anaknya serta bangsa Israel, maka Tabut Perjanjian dirampas oleh orang Filistin. Tabut perjanjian adalah lambang kehadiran Tuhan di tengah bangsa Israel. Tabut ini dibawa orang Filistin ke Asdod dan disimpan di dalam kuil Dagon. Apa yang terjadi? Patung Dewa Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut Tuhan. Tuhan menghajar orang Filistin dengan penyakit borok dan berbagai permasalahan yang berat. Orang Filistin menyadari bahwa ini adalah perbuatan Allahnya orang Israel. Mereka menjadi takut dan ingin mengembalikan tabut perjanjian itu kembali ke Israel.

Setelah tujuh bulan lamanya Tabut Tuhan ada di daerah Filistin maka tabut itu dikembalikan kepada orang Israel dengan cara diangkut oleh kereta yang baru dibuat yang ditarik dengan dua ekor lembu. Orang Filistin membiarkannya pergi begitu saja, kemudian lembu-lembu itu berjalan memasuki daerah orang Israel. Akhirnya tabut Tuhan dibawa ke rumah Abinadab di Kiryat-Yearim dan tinggal disana selama dua puluh tahun. Selama masa pemerintahan raja Saul tabut Tuhan dibiarkan begitu saja, sampai akhirnya Daud yang menjadi raja Israel. Daud adalah seorang yang mengasihi Tuhan dan hidup dalam kasih setia Tuhan. Daud rindu mendirikan rumah bagi Tuhan dan menginginkan tabut Perjanjian yang menjadi lambang kehadiran Tuhan kembali ke Yerusalem.

2 Samuel pasal yang ke enam mencatat proses perjuangan Daud membawa Tabut Tuhan kembali ke Yerusalem. Daud menempatkan tabut Tuhan di dalam sebuah kemah yang dipasangnya, yang kita kenal dengan “Pondok Daud”. Pondok Daud ini adalah tempat ibadah dan penyembahan Daud dan bangsa Israel yang berbeda dengan tempat ibadah sebelumnya yang didirikan oleh Musa. Ketika Daud dan bangsa Israel selesai mempersembahkan korban bakaran dan keselamatan, Daud mengangkat beberapa orang Lewi sebagai pelayan di hadapan Tabut Tuhan untuk memasyhurkan Tuhan dan menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan. Untuk pertama kalinya Daud menugaskan Asaf dan saudara-saudaranya menyanyikan syukur bagi Tuhan dan satu bagian daripadanya adalah:

“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
1Tawarikh 16:34

Biasanya Daud memakai kata “kasih setia-Mu” dalam doa dan mazmur penyembahan pribadinya (Mazmur 5:8; 6:5; 13:6), tetapi dalam peristiwa kembalinya Tabut Tuhan ke Yerusalem Daud mengatakan “kasih setia-Nya”. Melalui pujian dan syukur ini Daud dan pelayan Tuhan lainnya mendeklarasikan kebaikan dan kasih setia Tuhan. Semua orang Israel dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di Yerusalem mendengar pujian syukur ini dan mendengar tentang kasih setia Tuhan yang kekal untuk selama-lamanya.

Puncak dari kebesaran kasih setia Tuhan adalah ketika Mesias, yaitu Yesus Kristus, lahir di bumi untuk sebuah tujuan mulia dan agung yaitu keselamatan umat manusia. Yesus lahir ke dunia, menjadi manusia sejati yang akan disalibkan dan mati untuk keselamatan semua umat manusia. Memasuki bulan Desember, kita akan selalu rindu untuk merayakan hari Natal. Natal adalah hari dimana kita mengenang kelahiran Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Kelahiran Yesus membawa pengharapan yang baru dalam kehidupan umat manusia. Kelahiran-Nya ke dunia adalah pernyataan kasih setia Allah akan manusia untuk menggenapi janji-Nya akan keselamatan manusia.

Ribuan tahun janji keselamatan itu telah difirmankan oleh Tuhan sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Kelahiran Yesus sudah dinubuatkan oleh para nabi. Kelahiran-Nya menggenapi secara akurat akan semua nubuat yang ada. Lahir dari keturunan perempuan (Kejadian 3:15, Galatia 4:4) yang merupakan nubuatan Mesias yang pertama yang disebut dengan protoevagelium,
• dari keturunan Abraham (Kejadian 22:18, Mat. 1:1)
• dari keturunan Daud (2 Samuel 7:12-13, Luk. 1:32-33)
Bahkan nubuat tentang kelahiran-Nya di kota Betlehem (Mikha 5:1, Matius 2:1) digenapi dengan sempurna sekalipun saat Yesus sedang dikandung, kedua orang tuanya tinggal di kota Nazareth. Lukas pasal 2 mencatat, ada sensus yang pertama kali dibuat dalam zaman Kaisar Agustus yang mengharuskan semua orang kembali ke kotanya sendiri, termasuk Yusuf dan Maria harus kembali ke Betlehem. Allah menggenapi semuanya itu dengan cara yang ajaib.

Kita tahu bahwa Yesus lahir di dunia ini untuk menggenapi rencana keselamatan dengan cara mati di salib dan menderita dalam proses menanggung dosa umat manusia. Dalam penderitaan dan kematian yang mengerikan, Kristus menebus dosa umat manusia. Manusia yang berdosa tetapi Kristuslah yang menanggung hukumannya. Inilah kasih yang terbesar yang pernah ada di dunia ini (Yohanes 15:13) yaitu Yesus mati ketika kita masih berdosa dan menjadi seteru-Nya (Roma 5:8,10). Ini menunjukkan kasih setia Allah yang tidak pernah berubah. Allah setia terhadap janji-Nya dan kesetiaan Allah itulah yang menjadi dasar yang kokoh untuk iman kita.

Menjelang kelahiran Yesus, Maria ibunya menyanyikan sebuah pujian,

“Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.”
Lukas 1:50

Kata “rahmat” berasal dari kata “eleos” yang artinya adalah kebaikan dan belas kasihan yang merupakan padanan dari kata “khesed”. Melalui pujian ini Maria kembali mendeklarasikan kasih setia Tuhan kekal selama-lamanya. Kasih setia Tuhan ditunjukkan dari Perjanjian Lama dan digenapi secara sempurna oleh Kristus dalam Perjanjian Baru. Yang menyebabkan kita masih ada sampai hari ini adalah kasih setia Tuhan. Kasih setianya yang memampukan kita tetap mengikuti Dia dan melayani Dia di dalam hidup kita. Kasih setia Tuhan adalah dasar yang kuat bagi iman dan pengharapan kita.

Kita melihat, Daud dalam Perjanjian Lama mendeklarasikan kasih setia Tuhan kepada banyak orang dan juga Maria dalam Perjanjian baru sehingga banyak orang mendengar tentang kasih setia Tuhan. Demikian juga hari ini, gereja Tuhan harus mendeklarasikan kasih setia Tuhan dalam hidup dan pelayanan kita agar banyak orang (EVERYONE) yang belum pernah mendengar tentang Yesus dan belum pernah menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat juga mendengar kasih setia Allah yang ditunjukkan melalui kelahiran dan kematian Kristus.

Pernyataan deklarasi kasih setia Tuhan adalah melalui keselamatan yang Bapa berikan melalui Yesus Kristus. Seperti yang dinyatakan Daud dalam 1 Tawarikh 16:35,

"Selamatkanlah kami, ya TUHAN Allah, Penyelamat kami.”

Keselamatan umat manusia melalui Yesus Kristus itulah pernyataan kasih setia Tuhan yang kekal selama-lamanya. Dalam perayaan Natal ini kita bisa merasakan dan mengalami kasih setia Tuhan lewat kelahiran Juruselamat kita, Yesus Sang Mesias (Lukas 2:11) dan membagikan kepada setiap orang kabar sukacita yang besar ini untuk kemuliaan Bapa di Surga. Amin. (BM)



 

BACK..