
KASIH SETIA TUHAN
"Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” 1
Tawarikh 16:34b
Alkitab adalah catatan tentang kasih setia Allah
sepanjang kehidupan manusia. Allah begitu mengasihi
manusia yang diciptakan-Nya. Dari sejak awal, bahkan
sebelum dunia diciptakan, Allah memiliki rancangan indah
dalam hal penciptaan dan kehidupan manusia. Kehendak dan
rancangan-Nya sempurna bagi kehidupan manusia. Manusia
ditempatkan-Nya di sebuah taman yang indah, diciptakan
segambar dan serupa dengan Allah dan memiliki kehidupan
yang sempurna. Sekalipun semuanya itu harus berakhir
karena dosa dan pemberontakan manusia, tetapi kasih
setia Allah tetap tidak berubah. Dosa memisahkan manusia
dengan Tuhan, dosa karena pemberontakan manusia terhadap
kehendak Tuhan yang sempurna dan menyakiti hati Sang
Pencipta, tetapi kasih setia Allah tidak pernah berubah
karena Allah adalah kasih. (1Yohanes 4:8,16)
Perjanjian Lama mencatat pemilihan Allah terhadap
keturunan Abraham, Ishak dan Yakub yaitu bangsa Israel
yang menjadi bangsa pilihan, milik pusaka Tuhan. Allah
mengasihi bangsa ini dan memiliki rencana besar untuk
bangsa ini yaitu lahirnya Mesias, sang Juruselamat dunia.
Kenyataannya, Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk,
sering memberontak kepada Tuhan dan mengganti
penyembahan mereka kepada ilah lain yang mendukakan hati
Tuhan. Bahkan mereka menolak pemerintahan ilahi dari
Allah dan menginginkan seorang manusia menjadi raja
seperti bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah.
Israel menolak Allah yang mengasihi mereka. Perjanjian
Baru pun mencatat penolakan Israel terhadap Mesias,
seperti yang ditulis oleh Rasul Yohanes dalam Yohanes
1:11, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi
orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”
Sekalipun demikian, kasih setia Allah tidak pernah
berubah. Dalam Perjanjian Lama, kasih setia berasal dari
kata “khesed” yang berarti rahmat, belas kasihan,
kemurahan, kebaikan dan kesetiaan. Kasih setia / khesed
inilah yang mendasari perjanjian antara Allah dengan
umat-Nya. Kasih setia dan Perjanjian (Covenant) itu
sangat erat kaitannya. Perjanjian Allah dengan umat-Nya
tidak tergantung pada kemampuan manusia untuk bisa
menepatinya, kasih setia Tuhan lah yang menopang
perjanjian itu.
Kasih setia Tuhan itu kekal dan tak berkesudahan.
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya
rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
Ratapan 3:22-23
Kasih setia Tuhan itu melampaui segala waktu.
“Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai
selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan
keadilan-Nya bagi anak cucu”
Mazmur 103:17
Daud sebagai seorang raja dan pemazmur, seorang yang
dekat dengan Tuhan, mengalami kasih setia Tuhan
sepanjang hidupnya. Dalam 2 Samuel 7:15a dikatakan:
“Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya (Daud)”
Tuhan mengangkat Daud dari seorang gembala dua-tiga ekor
domba menjadi raja Israel yang dihormati dan diberkati.
Di tengah pelariannya dari kejaran Saul, Daud mengalami
kasih setia Tuhan yang selalu menolong dan melindunginya
sehingga dia bisa menyanyikan pujian,
“sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan
kebenaran-Mu sampai ke awan-awan.”
Mazmur 57:11
Kasih setia Tuhan adalah tema utama dari mazmur dan
penyembahan Daud. Bahkan dalam kejatuhannya, Daud
bertobat dan menerima pengampunan atas dosa-dosanya dan
tetap mengalami kasih setia Tuhan,
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!”
Mazmur 51:3
Sekali peristiwa, karena kesalahan imam Eli dan
anak-anaknya serta bangsa Israel, maka Tabut Perjanjian
dirampas oleh orang Filistin. Tabut perjanjian adalah
lambang kehadiran Tuhan di tengah bangsa Israel. Tabut
ini dibawa orang Filistin ke Asdod dan disimpan di dalam
kuil Dagon. Apa yang terjadi? Patung Dewa Dagon terjatuh
dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut Tuhan. Tuhan
menghajar orang Filistin dengan penyakit borok dan
berbagai permasalahan yang berat. Orang Filistin
menyadari bahwa ini adalah perbuatan Allahnya orang
Israel. Mereka menjadi takut dan ingin mengembalikan
tabut perjanjian itu kembali ke Israel.
Setelah tujuh bulan lamanya Tabut Tuhan ada di daerah
Filistin maka tabut itu dikembalikan kepada orang Israel
dengan cara diangkut oleh kereta yang baru dibuat yang
ditarik dengan dua ekor lembu. Orang Filistin
membiarkannya pergi begitu saja, kemudian lembu-lembu
itu berjalan memasuki daerah orang Israel. Akhirnya
tabut Tuhan dibawa ke rumah Abinadab di Kiryat-Yearim
dan tinggal disana selama dua puluh tahun. Selama masa
pemerintahan raja Saul tabut Tuhan dibiarkan begitu saja,
sampai akhirnya Daud yang menjadi raja Israel. Daud
adalah seorang yang mengasihi Tuhan dan hidup dalam
kasih setia Tuhan. Daud rindu mendirikan rumah bagi
Tuhan dan menginginkan tabut Perjanjian yang menjadi
lambang kehadiran Tuhan kembali ke Yerusalem.
2 Samuel pasal yang ke enam mencatat proses perjuangan
Daud membawa Tabut Tuhan kembali ke Yerusalem. Daud
menempatkan tabut Tuhan di dalam sebuah kemah yang
dipasangnya, yang kita kenal dengan “Pondok Daud”.
Pondok Daud ini adalah tempat ibadah dan penyembahan
Daud dan bangsa Israel yang berbeda dengan tempat ibadah
sebelumnya yang didirikan oleh Musa. Ketika Daud dan
bangsa Israel selesai mempersembahkan korban bakaran dan
keselamatan, Daud mengangkat beberapa orang Lewi sebagai
pelayan di hadapan Tabut Tuhan untuk memasyhurkan Tuhan
dan menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan. Untuk
pertama kalinya Daud menugaskan Asaf dan
saudara-saudaranya menyanyikan syukur bagi Tuhan dan
satu bagian daripadanya adalah:
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
1Tawarikh 16:34
Biasanya Daud memakai kata “kasih setia-Mu” dalam doa
dan mazmur penyembahan pribadinya (Mazmur 5:8; 6:5;
13:6), tetapi dalam peristiwa kembalinya Tabut Tuhan ke
Yerusalem Daud mengatakan “kasih setia-Nya”. Melalui
pujian dan syukur ini Daud dan pelayan Tuhan lainnya
mendeklarasikan kebaikan dan kasih setia Tuhan. Semua
orang Israel dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di
Yerusalem mendengar pujian syukur ini dan mendengar
tentang kasih setia Tuhan yang kekal untuk
selama-lamanya.
Puncak dari kebesaran kasih setia Tuhan adalah ketika
Mesias, yaitu Yesus Kristus, lahir di bumi untuk sebuah
tujuan mulia dan agung yaitu keselamatan umat manusia.
Yesus lahir ke dunia, menjadi manusia sejati yang akan
disalibkan dan mati untuk keselamatan semua umat manusia.
Memasuki bulan Desember, kita akan selalu rindu untuk
merayakan hari Natal. Natal adalah hari dimana kita
mengenang kelahiran Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus. Kelahiran Yesus membawa pengharapan yang baru
dalam kehidupan umat manusia. Kelahiran-Nya ke dunia
adalah pernyataan kasih setia Allah akan manusia untuk
menggenapi janji-Nya akan keselamatan manusia.
Ribuan tahun janji keselamatan itu telah difirmankan
oleh Tuhan sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Kelahiran
Yesus sudah dinubuatkan oleh para nabi. Kelahiran-Nya
menggenapi secara akurat akan semua nubuat yang ada.
Lahir dari keturunan perempuan (Kejadian 3:15, Galatia
4:4) yang merupakan nubuatan Mesias yang pertama yang
disebut dengan protoevagelium,
• dari keturunan Abraham (Kejadian 22:18, Mat. 1:1)
• dari keturunan Daud (2 Samuel 7:12-13, Luk. 1:32-33)
Bahkan nubuat tentang kelahiran-Nya di kota Betlehem (Mikha
5:1, Matius 2:1) digenapi dengan sempurna sekalipun saat
Yesus sedang dikandung, kedua orang tuanya tinggal di
kota Nazareth. Lukas pasal 2 mencatat, ada sensus yang
pertama kali dibuat dalam zaman Kaisar Agustus yang
mengharuskan semua orang kembali ke kotanya sendiri,
termasuk Yusuf dan Maria harus kembali ke Betlehem.
Allah menggenapi semuanya itu dengan cara yang ajaib.
Kita tahu bahwa Yesus lahir di dunia ini untuk
menggenapi rencana keselamatan dengan cara mati di salib
dan menderita dalam proses menanggung dosa umat manusia.
Dalam penderitaan dan kematian yang mengerikan, Kristus
menebus dosa umat manusia. Manusia yang berdosa tetapi
Kristuslah yang menanggung hukumannya. Inilah kasih yang
terbesar yang pernah ada di dunia ini (Yohanes 15:13)
yaitu Yesus mati ketika kita masih berdosa dan menjadi
seteru-Nya (Roma 5:8,10). Ini menunjukkan kasih setia
Allah yang tidak pernah berubah. Allah setia terhadap
janji-Nya dan kesetiaan Allah itulah yang menjadi dasar
yang kokoh untuk iman kita.
Menjelang kelahiran Yesus, Maria ibunya menyanyikan
sebuah pujian,
“Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan
Dia.”
Lukas 1:50
Kata “rahmat” berasal dari kata “eleos” yang artinya
adalah kebaikan dan belas kasihan yang merupakan padanan
dari kata “khesed”. Melalui pujian ini Maria kembali
mendeklarasikan kasih setia Tuhan kekal selama-lamanya.
Kasih setia Tuhan ditunjukkan dari Perjanjian Lama dan
digenapi secara sempurna oleh Kristus dalam Perjanjian
Baru. Yang menyebabkan kita masih ada sampai hari ini
adalah kasih setia Tuhan. Kasih setianya yang memampukan
kita tetap mengikuti Dia dan melayani Dia di dalam hidup
kita. Kasih setia Tuhan adalah dasar yang kuat bagi iman
dan pengharapan kita.
Kita melihat, Daud dalam Perjanjian Lama mendeklarasikan
kasih setia Tuhan kepada banyak orang dan juga Maria
dalam Perjanjian baru sehingga banyak orang mendengar
tentang kasih setia Tuhan. Demikian juga hari ini,
gereja Tuhan harus mendeklarasikan kasih setia Tuhan
dalam hidup dan pelayanan kita agar banyak orang
(EVERYONE) yang belum pernah mendengar tentang Yesus dan
belum pernah menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat
juga mendengar kasih setia Allah yang ditunjukkan
melalui kelahiran dan kematian Kristus.
Pernyataan deklarasi kasih setia Tuhan adalah melalui
keselamatan yang Bapa berikan melalui Yesus Kristus.
Seperti yang dinyatakan Daud dalam 1 Tawarikh 16:35,
"Selamatkanlah kami, ya TUHAN Allah, Penyelamat kami.”
Keselamatan umat manusia melalui Yesus Kristus itulah
pernyataan kasih setia Tuhan yang kekal selama-lamanya.
Dalam perayaan Natal ini kita bisa merasakan dan
mengalami kasih setia Tuhan lewat kelahiran Juruselamat
kita, Yesus Sang Mesias (Lukas 2:11) dan membagikan
kepada setiap orang kabar sukacita yang besar ini untuk
kemuliaan Bapa di Surga. Amin. (BM)